Warna dan Pengaruhnya
Hallo teman teman, sesuai dengan janji Ts beberapa hari lalu. Kali ini Ts ingin menyampaikan mengenai dampak psikologis warna yang terhadap foto atau video yang kitu buat terhadap penonton.
Warna Panas dan Dingin
Sebelum itu mari kita lihat kembali kearah warna, dimana dibagi menjadi dua sisi yaitu warna hangat dan dingin agar. Biasanya warna warna hangat dapat kita lihat dari deretan warna merah hingga ke warna jingga, sedangkan warna dingin dapat kita lihat dari deretan warna hijau hingga warna biru.
Nah seebelum itu mari kita telaah penyebab terjadinya warna itu sendiri dulu ya teman teman, yaitu tidak lain adalah cahaya. Tanpa cahaya kita tidak akan bisa melihat warna. Cahaya terdiri dari seberkas sinar-sinar yang memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda serta memiliki getaran-getaran yang frekuensinya berbeda-beda. Bila gelombang tersebut memasuki mata, maka akan terjadi yang ddisebut sensasi warna.
Apabila kita pelajari teori dan percobaan Newton, yang disebut spektrum warna, akan tampak sederet warna yang terdiri dari tujuh warna pelangi yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, indigo, dan ungu. Pada mulanya orang berpikir putih itu hanyalah pigmen sebagai warna lainnya, dan merupakan warna yang paling murni dan bersih, sampai akhirnya ditemukan oleh Newton bahwa warna putih merupakan cahaya yang bersumber dari matahari, tidak sesederhana seperti yang diperkirakan. Cahaya matahari yang putih itu terdiri dari seberkas sinar yang mengandung warna yang kini dapat kita lihat dengan mata. Secara alami dapat dibuktikan dengan melihat pelangi dilangit.
Terus apasih hubungan warna dengan psikologis manusia?
Persepsi Visual Warna
Pada masa sekarang memilih warna tidak hanya sekedar mengikuti selera pribadi berdasarkan perasaan saja, teteapi lebih memilih dengan penuh kesadaran akan kegunaannya. Pada abad ke-15, lama sebelum para ilmuan memperkenalkan warna, Leonardo da Vinci menemukan warna utama yang fundamental, yang kadang-kadang disebut warna utama psikologis, yaitu merah, kuning, hijau, biru hitam, da putih. Kini para ilmuan memperkenalkan keterlibatan warna terhadap cara otak menerima serta menginterpretasikan warna. Kemudian perkembangan bidang psikologi juga membawa warna menjadi objek perhatian bagi para ahli psikologi.
Para ilmuan yakin bahwa presepsi visual terutama bergantung kepada interpretasi otak terhadap suatu rangsangan yang diterima oleh mata kita. Warna menyebabkan otak kita bekerja sama dengan mata dalam membatasi dunia eksternal. Menurut penelitian, manusia mempunyai rasa yang lebih baik dalam visi dan lebih kuat dalam persepsi terhadap warna dibandingkan dengan binatang.
Konflik antara warna dan bentuk terhadap persepsi manusia telah dipelajari oleh ahli-ahli psikologi. Pengenalan bentuk merupakan proses perkembangan intelektual sedangkan warna merupakan proses intuisi. Eksperimen menunjukkan bahwa anak-anak bila disuruh memilih objek yang sama antara warna dan bentuk, hampur selalu memilih objek yang berwarna.
Maria L. David dalam bukunya Visual design in Dress (1987:119), menggolongkan warna menjadi dua, yaitu warna eksternal dan internal. Warna eksternal adalah warna yang bersifat fisika dan faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, cara manusia melihat warna kemudian mengolahnya di otak dan cara mengekspresikannya.
Sudah umum diketahui bahwa warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat atau dapat mempengaruhi emosi manusia. Warna dapat pula menggambarkan hati seseorang. Pada sesi sastra baik sastra lama maupun sastra modern, puisi maupun prosa, sering terungkap perihal warna baik sebagai kiasan atau perumpamaan. Telah banyak dibuktikan melalui percobaan-percobaan bahwa warna mempengaruhi kegiatan fisik dan mental kita. Warnapun telah dipergunakan untuk alat penyembuh penyakit mental.
Pada agam atau kepercayaan-kepercayaan hal tersebut sering diceritakan. Warna bangunan dengan interior dari zaman Byzantine, Majapahit, Mataram, zaman Louis XIV ataupun masa kini tentu memiliki perbedaan warna, sebagai hasil ungkapan zamannya masing-masing. Hal tersebut bukan terjadi secara kebetulan, sebab sejak rumah atau istana merupakan ungkapan kehidupan suasana jiwa penghuninya, pemilihan warna merupakan faktor ekspresi yang penting.
Telah dibuktikan pula bahwa kebanyakan orang mempunyai reaksi yang hampir sama terhadap warna. Dalam kasus-kasus perorangan reaksi ini kadang-kadang berbeda, karena perbedaan kondisi asosiasi sebelumnya yang terlupakan atau tertunda sehingga mencurigakan. Sensitivitas perorangan terhadap warna juga berbeda-beda, mulai dari yang supersentif sampai kepada yang buta warna total, yang mempergunakan indera lainnya seperti penciuman, rabaan, dan rasa (lidah) dalam merasakan warna.
Warna dan Kepribadian seseorang
Kesukaan seseorang terhadap warna menurut penelitian ilmu jiwa bisa diasosiasikan dengan sifat pembawaan orangnya. Sebagai contoh seseorang yang menyukai warna merah akan menunjukkan bahwa orang tersebut bersifat ekstrovet, pribadi yang intergratif dengan dunia luar, mudah menyesuaikan diri dengan dunia luar, orang yang penuh vitalitas, lebih dikuasai oleh dorongan hatinya.
Untuk penyakit mental dan penyakit jiwa, merah diasosiasikan dengan kecenderungan yang berlebih-lebihan (maniak).
Faber Birren mempunyai pengalaman tentang warna kuning. Ia menghubungkan warna kuning dengan gangguan jiwa yang eksterm, yaitu genius atau lemah pikiran. Selain itu warna kuning juga disukai oleh orang yang mempunyai suatu pembawaan intelektual. Dengan kata lain warna kuning adalah warna intelektual, baik hubungannya dengan intelegensia yang tinggi maupun yang mempunyai kecenderungan berlebihan. Contoh seniman yang berlebihan adalah Vincent van Gogh. Ia mengekspresikan warna kuning pada lukisan-lukisan terkenalnya disaat akhir-akhir hayatnya.
Warna hijau sering menjadi pilihan orang yang mempunyai kedudukan sosial yang tinggi, mempunyai kesempatan banyak bicara, dan selera makan yang tinggi. Bagi psikoneurotik dan psikotik, hijau merupakan warna kesukaan. Orang yang menyukai warna hijau bila sedang dala tekanan tidak akan merasa jadi hukuman yang terasing. Sebaliknya mereka akan mencari jalan ke lar dan mencari teman.
Faber Birren berpendapat bahwa orang yan mempunyai sifat nasrsis (mengagumi diri sendiri) pada umumnya menykai warna biru kehijauan. Orang yang menyukai warna biru keunguan biasanya bersifat pemilih, sensitif, dan diskriminatif.
Warna biru diasosiasikan dengan schizophrenia (sejenis penyakit jiwa). Orang yang menyukai warna biru mempunyai kepribadian integritas ke dalam. Di bawah tekanan, orang yang menyukai warna biru akan menuju pelarian yang tragis dari lingkaran. Karakter orang yang menyukai warna coklat berdasarkan psikoanalisa Freud adalah keras kepala, cermat, teliti, dan seksama.
Masih ada beberapa aspek lagi mengenai kesukaan orang terhadap warna. Orang yang ramai, ramah, dihubungkan dengan warna jingga. Orang yang sifatnya artistik suka akan warna merah keunguan (purple). Seseorang yang menyukai warna merah maroon mempunyai sifat berdisiplin tinggi. Orang yang agresif, ulet, berjuang keras, terbawa warna merah muda. Baginya warna merah muda merupakan harapan dan kelembutan yang tidak disadarinya.
Warna telah dipelajari sebagai alat penyembuhan penyakit (mempunyai nilai terapi). Akhir adab 19 Edwin D. Babbit, melancarkan suatu anjuran penyembuhan penyakit dengn mempergunakan warna. Doktrinnya tentang keselarasan antara warna fisik dan warna yang terpancar dari jiwa seseorang (warna psikis) telah menyebar luas. Efek-efek psikologi warna kemudian di olah untuk digunakan pada interior gedung-gedung sekolah, rumah sakit, dan pabrik-pabrik. Para ahli yakin bahwa warna yang tepat akan mempermudah belajar, menyembuhkan enyakit, dan meningkatkan gairah kerja untuk meningkatkan produksi.
Secara umum cahaya terang dan warna hangat memberikan kecendrungan organisme manusia kepada aktivitas yang langsung keluar dan mengambil peranan, memperlihatkan atraksi yang merangsang. Cahaya yang lebih lembut dengan warna sejuk akan menunjukkan sikap lebih mundur, menarik diri, membawa seseorang kepada sikap intropeksi, maka warna yang sejuk akan mundur bahkan membunuh aktifitas.
Telah disebutkan bahwa warna mempengaruhi suasana hati serta tempramen seseorang. Sebagai contoh: Pada waktu musim hujan sebagian orang memilih memakai pakaian berwarna cerah untuk mengimbangi udara yang mendung dan redup, tetapi sebagian lagi memakai warna gelap untuk menyelaraskan diri dengan langit yang suram. Hal tersebut menunjukkan ada dua tempramen manusia yang berbeda. Yang seorang bersifat ekstrovet dan yang lainnya bersifat introvet. Bila diadakan penelitian yang benar dapat ditarik kesimpulan terakhir, warna apa yang paling cocok untuk suatu musim, sehingga nanti dapat dijadikan ilham bagi pendesain untuk menetukan warna yang tepat untuk suatu musim.
Secara mutlak tentu tidak ada warna yang mempunyai nilai intristik, walaupun sifat pribadi seseorang dapat diteliti. Beberapa ahli menaksir sifat-sifat kepribadian seseorang dihubungkan dengan nilai simbolis warna, yang lainnya menganalisis nilai simbolisnya dalam istilah tingkah laku. Asosiasi psikoogis terhadap warna merupakan ikatan budaya suatu masyarakat tertentu yang telah menjadi kesepakatan bersama. Sebagai contoh tentang nilai simbolis warna putih. Dalam kebiasaan Barat, warna putih diasosiasikan sebagai suci, lugu, murni. Warna putih digunakan pada pakaian pengantin gadis yang baru menikah sebagaimana halnya kebiasaan di Jawa Barat. Sebaliknya di Cina warna putih adalah warna duka cita, sementara pengantin wanitanya justru memakai warna merah sepert di India, karena melambangkan kegairahan.
Rupanya seluruh warna spektrum telah disiapkan untuk suatu rangsangan sifat dan emosi manusia. Berikut ini adalah warna-warna yang mempunyai asosiasi dengan pribadi seseorang diambil dari buku Design in Dress oleh Marian L. David (1987:135), sebagai berikut:
Merah : cinta, nafsu, kekuatan, berani, primitif, menarik, bahaya, dosa, pengorbanan, vitalitas.
Merah jingga: semangat, tenaga, kekuatan, pesat, hebaat, gairah.
Jingga: hangat, semangat muda, ekstermis, menarik.
Kuning Jingga: kebahagiaan, pengorbanan, kegembiraan, optimisme, terbuka.
Kuning : cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut, penghianatan.
Kuning hijau : persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah, berseri.
Hijau muda : Kurang pengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya, segar, istirahat, tenang.
Hijau biru : tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan.
Biru : damai, setai, konservatif, pasif terhormat, depresi, lembut, menahan diri, ikhlas.
Biru ungu : Spiritual, kelelahan, hebat, kesuraman, kematangan, sederhana, rendah hati, keterasingan, tersisih, tenang, sentosa.
Ungu : misteri, kuat, supremasi, formal, melankolis, pendiam, agung (mulia).
Merah ungu : tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-teki.
Coklat : hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, rendah hati.
Hitam : kuat, duka cita, resmi, kematian, keahlian, tidak menentu.
Abu-abu : tenang.
Puth : senang, harapan, muri, lugu, bersih, spiritual, pemaaf, cinta, terang.
Dalam aktivitas manusia, warna membangkitakn kekuatan perasaan untuk bangkit atau pasif, baik dalam penggunaan untuk interior maupun untuk berpakaian hingga didalam fotografi ataupun videografi, mulai dari kegairahan sampai kepada yang santai. Birren melaporkan hasil penelitiannya bahwa warna mempengaruhi detak jantung, aktivitas otak, pernafasan, dan tekanan darah. Sifat kewanitaan maupun sifat kejantanan seseorang juga dapat diungkapkan melalui warna. Wanita lebih menyulai warna hangat, warna pastel, dan warna lembut. Pria lebih menyukai warna hangat, warna pastel, dan warna lembut, Pria lebih menyukai warna-warna yang tegas tua, sejuk dengan intensitas yang kuat. Kebudayaan Barat menyatakan warna merah muda sebagai lambang wanita dan warna biru sebagai lambang pria, tetapi konotasi ini dapat berbeda pada kebudayaan lainnya.
Nah untuk pembahasannya cuup sampai disini dulu ya guys, buat teman-teman yang pengen mempelajari lebih dalam mengenai teori warna bisa baca baca di buku yang menjadi acuan refrensi untuk artikel ini. WARNA | TEORI DAN KREATIVITAS PENGGUNAANYA | edisi ke 2; Sulasmi Darmaprawira W.A
Kurang lebihnnya mohon dimaafkan, Ts hanya mencoba untuk berbagi informasi yang dimiliki. Seandainya ada tulisan yang salah atau kurang benar mohon dibenarkan, mari kita sama-sama belajar dan berbagi.
Sekian, terimakasih :))
Warna Panas dan Dingin
Sebelum itu mari kita lihat kembali kearah warna, dimana dibagi menjadi dua sisi yaitu warna hangat dan dingin agar. Biasanya warna warna hangat dapat kita lihat dari deretan warna merah hingga ke warna jingga, sedangkan warna dingin dapat kita lihat dari deretan warna hijau hingga warna biru.
Nah seebelum itu mari kita telaah penyebab terjadinya warna itu sendiri dulu ya teman teman, yaitu tidak lain adalah cahaya. Tanpa cahaya kita tidak akan bisa melihat warna. Cahaya terdiri dari seberkas sinar-sinar yang memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda serta memiliki getaran-getaran yang frekuensinya berbeda-beda. Bila gelombang tersebut memasuki mata, maka akan terjadi yang ddisebut sensasi warna.
Percobaan pembiasan cahaya |
Terus apasih hubungan warna dengan psikologis manusia?
Persepsi Visual Warna
Pada masa sekarang memilih warna tidak hanya sekedar mengikuti selera pribadi berdasarkan perasaan saja, teteapi lebih memilih dengan penuh kesadaran akan kegunaannya. Pada abad ke-15, lama sebelum para ilmuan memperkenalkan warna, Leonardo da Vinci menemukan warna utama yang fundamental, yang kadang-kadang disebut warna utama psikologis, yaitu merah, kuning, hijau, biru hitam, da putih. Kini para ilmuan memperkenalkan keterlibatan warna terhadap cara otak menerima serta menginterpretasikan warna. Kemudian perkembangan bidang psikologi juga membawa warna menjadi objek perhatian bagi para ahli psikologi.
Para ilmuan yakin bahwa presepsi visual terutama bergantung kepada interpretasi otak terhadap suatu rangsangan yang diterima oleh mata kita. Warna menyebabkan otak kita bekerja sama dengan mata dalam membatasi dunia eksternal. Menurut penelitian, manusia mempunyai rasa yang lebih baik dalam visi dan lebih kuat dalam persepsi terhadap warna dibandingkan dengan binatang.
Konflik antara warna dan bentuk terhadap persepsi manusia telah dipelajari oleh ahli-ahli psikologi. Pengenalan bentuk merupakan proses perkembangan intelektual sedangkan warna merupakan proses intuisi. Eksperimen menunjukkan bahwa anak-anak bila disuruh memilih objek yang sama antara warna dan bentuk, hampur selalu memilih objek yang berwarna.
Maria L. David dalam bukunya Visual design in Dress (1987:119), menggolongkan warna menjadi dua, yaitu warna eksternal dan internal. Warna eksternal adalah warna yang bersifat fisika dan faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, cara manusia melihat warna kemudian mengolahnya di otak dan cara mengekspresikannya.
Sudah umum diketahui bahwa warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat atau dapat mempengaruhi emosi manusia. Warna dapat pula menggambarkan hati seseorang. Pada sesi sastra baik sastra lama maupun sastra modern, puisi maupun prosa, sering terungkap perihal warna baik sebagai kiasan atau perumpamaan. Telah banyak dibuktikan melalui percobaan-percobaan bahwa warna mempengaruhi kegiatan fisik dan mental kita. Warnapun telah dipergunakan untuk alat penyembuh penyakit mental.
Pada agam atau kepercayaan-kepercayaan hal tersebut sering diceritakan. Warna bangunan dengan interior dari zaman Byzantine, Majapahit, Mataram, zaman Louis XIV ataupun masa kini tentu memiliki perbedaan warna, sebagai hasil ungkapan zamannya masing-masing. Hal tersebut bukan terjadi secara kebetulan, sebab sejak rumah atau istana merupakan ungkapan kehidupan suasana jiwa penghuninya, pemilihan warna merupakan faktor ekspresi yang penting.
Telah dibuktikan pula bahwa kebanyakan orang mempunyai reaksi yang hampir sama terhadap warna. Dalam kasus-kasus perorangan reaksi ini kadang-kadang berbeda, karena perbedaan kondisi asosiasi sebelumnya yang terlupakan atau tertunda sehingga mencurigakan. Sensitivitas perorangan terhadap warna juga berbeda-beda, mulai dari yang supersentif sampai kepada yang buta warna total, yang mempergunakan indera lainnya seperti penciuman, rabaan, dan rasa (lidah) dalam merasakan warna.
Warna dan Kepribadian seseorang
Kesukaan seseorang terhadap warna menurut penelitian ilmu jiwa bisa diasosiasikan dengan sifat pembawaan orangnya. Sebagai contoh seseorang yang menyukai warna merah akan menunjukkan bahwa orang tersebut bersifat ekstrovet, pribadi yang intergratif dengan dunia luar, mudah menyesuaikan diri dengan dunia luar, orang yang penuh vitalitas, lebih dikuasai oleh dorongan hatinya.
Untuk penyakit mental dan penyakit jiwa, merah diasosiasikan dengan kecenderungan yang berlebih-lebihan (maniak).
Faber Birren mempunyai pengalaman tentang warna kuning. Ia menghubungkan warna kuning dengan gangguan jiwa yang eksterm, yaitu genius atau lemah pikiran. Selain itu warna kuning juga disukai oleh orang yang mempunyai suatu pembawaan intelektual. Dengan kata lain warna kuning adalah warna intelektual, baik hubungannya dengan intelegensia yang tinggi maupun yang mempunyai kecenderungan berlebihan. Contoh seniman yang berlebihan adalah Vincent van Gogh. Ia mengekspresikan warna kuning pada lukisan-lukisan terkenalnya disaat akhir-akhir hayatnya.
Warna hijau sering menjadi pilihan orang yang mempunyai kedudukan sosial yang tinggi, mempunyai kesempatan banyak bicara, dan selera makan yang tinggi. Bagi psikoneurotik dan psikotik, hijau merupakan warna kesukaan. Orang yang menyukai warna hijau bila sedang dala tekanan tidak akan merasa jadi hukuman yang terasing. Sebaliknya mereka akan mencari jalan ke lar dan mencari teman.
Faber Birren berpendapat bahwa orang yan mempunyai sifat nasrsis (mengagumi diri sendiri) pada umumnya menykai warna biru kehijauan. Orang yang menyukai warna biru keunguan biasanya bersifat pemilih, sensitif, dan diskriminatif.
Warna biru diasosiasikan dengan schizophrenia (sejenis penyakit jiwa). Orang yang menyukai warna biru mempunyai kepribadian integritas ke dalam. Di bawah tekanan, orang yang menyukai warna biru akan menuju pelarian yang tragis dari lingkaran. Karakter orang yang menyukai warna coklat berdasarkan psikoanalisa Freud adalah keras kepala, cermat, teliti, dan seksama.
Masih ada beberapa aspek lagi mengenai kesukaan orang terhadap warna. Orang yang ramai, ramah, dihubungkan dengan warna jingga. Orang yang sifatnya artistik suka akan warna merah keunguan (purple). Seseorang yang menyukai warna merah maroon mempunyai sifat berdisiplin tinggi. Orang yang agresif, ulet, berjuang keras, terbawa warna merah muda. Baginya warna merah muda merupakan harapan dan kelembutan yang tidak disadarinya.
Warna telah dipelajari sebagai alat penyembuhan penyakit (mempunyai nilai terapi). Akhir adab 19 Edwin D. Babbit, melancarkan suatu anjuran penyembuhan penyakit dengn mempergunakan warna. Doktrinnya tentang keselarasan antara warna fisik dan warna yang terpancar dari jiwa seseorang (warna psikis) telah menyebar luas. Efek-efek psikologi warna kemudian di olah untuk digunakan pada interior gedung-gedung sekolah, rumah sakit, dan pabrik-pabrik. Para ahli yakin bahwa warna yang tepat akan mempermudah belajar, menyembuhkan enyakit, dan meningkatkan gairah kerja untuk meningkatkan produksi.
Secara umum cahaya terang dan warna hangat memberikan kecendrungan organisme manusia kepada aktivitas yang langsung keluar dan mengambil peranan, memperlihatkan atraksi yang merangsang. Cahaya yang lebih lembut dengan warna sejuk akan menunjukkan sikap lebih mundur, menarik diri, membawa seseorang kepada sikap intropeksi, maka warna yang sejuk akan mundur bahkan membunuh aktifitas.
Telah disebutkan bahwa warna mempengaruhi suasana hati serta tempramen seseorang. Sebagai contoh: Pada waktu musim hujan sebagian orang memilih memakai pakaian berwarna cerah untuk mengimbangi udara yang mendung dan redup, tetapi sebagian lagi memakai warna gelap untuk menyelaraskan diri dengan langit yang suram. Hal tersebut menunjukkan ada dua tempramen manusia yang berbeda. Yang seorang bersifat ekstrovet dan yang lainnya bersifat introvet. Bila diadakan penelitian yang benar dapat ditarik kesimpulan terakhir, warna apa yang paling cocok untuk suatu musim, sehingga nanti dapat dijadikan ilham bagi pendesain untuk menetukan warna yang tepat untuk suatu musim.
Secara mutlak tentu tidak ada warna yang mempunyai nilai intristik, walaupun sifat pribadi seseorang dapat diteliti. Beberapa ahli menaksir sifat-sifat kepribadian seseorang dihubungkan dengan nilai simbolis warna, yang lainnya menganalisis nilai simbolisnya dalam istilah tingkah laku. Asosiasi psikoogis terhadap warna merupakan ikatan budaya suatu masyarakat tertentu yang telah menjadi kesepakatan bersama. Sebagai contoh tentang nilai simbolis warna putih. Dalam kebiasaan Barat, warna putih diasosiasikan sebagai suci, lugu, murni. Warna putih digunakan pada pakaian pengantin gadis yang baru menikah sebagaimana halnya kebiasaan di Jawa Barat. Sebaliknya di Cina warna putih adalah warna duka cita, sementara pengantin wanitanya justru memakai warna merah sepert di India, karena melambangkan kegairahan.
Rupanya seluruh warna spektrum telah disiapkan untuk suatu rangsangan sifat dan emosi manusia. Berikut ini adalah warna-warna yang mempunyai asosiasi dengan pribadi seseorang diambil dari buku Design in Dress oleh Marian L. David (1987:135), sebagai berikut:
Merah : cinta, nafsu, kekuatan, berani, primitif, menarik, bahaya, dosa, pengorbanan, vitalitas.
Merah jingga: semangat, tenaga, kekuatan, pesat, hebaat, gairah.
Jingga: hangat, semangat muda, ekstermis, menarik.
Kuning Jingga: kebahagiaan, pengorbanan, kegembiraan, optimisme, terbuka.
Kuning : cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut, penghianatan.
Kuning hijau : persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah, berseri.
Hijau muda : Kurang pengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya, segar, istirahat, tenang.
Hijau biru : tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan.
Biru : damai, setai, konservatif, pasif terhormat, depresi, lembut, menahan diri, ikhlas.
Biru ungu : Spiritual, kelelahan, hebat, kesuraman, kematangan, sederhana, rendah hati, keterasingan, tersisih, tenang, sentosa.
Ungu : misteri, kuat, supremasi, formal, melankolis, pendiam, agung (mulia).
Merah ungu : tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-teki.
Coklat : hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, rendah hati.
Hitam : kuat, duka cita, resmi, kematian, keahlian, tidak menentu.
Abu-abu : tenang.
Puth : senang, harapan, muri, lugu, bersih, spiritual, pemaaf, cinta, terang.
Dalam aktivitas manusia, warna membangkitakn kekuatan perasaan untuk bangkit atau pasif, baik dalam penggunaan untuk interior maupun untuk berpakaian hingga didalam fotografi ataupun videografi, mulai dari kegairahan sampai kepada yang santai. Birren melaporkan hasil penelitiannya bahwa warna mempengaruhi detak jantung, aktivitas otak, pernafasan, dan tekanan darah. Sifat kewanitaan maupun sifat kejantanan seseorang juga dapat diungkapkan melalui warna. Wanita lebih menyulai warna hangat, warna pastel, dan warna lembut. Pria lebih menyukai warna hangat, warna pastel, dan warna lembut, Pria lebih menyukai warna-warna yang tegas tua, sejuk dengan intensitas yang kuat. Kebudayaan Barat menyatakan warna merah muda sebagai lambang wanita dan warna biru sebagai lambang pria, tetapi konotasi ini dapat berbeda pada kebudayaan lainnya.
Nah untuk pembahasannya cuup sampai disini dulu ya guys, buat teman-teman yang pengen mempelajari lebih dalam mengenai teori warna bisa baca baca di buku yang menjadi acuan refrensi untuk artikel ini. WARNA | TEORI DAN KREATIVITAS PENGGUNAANYA | edisi ke 2; Sulasmi Darmaprawira W.A
Kurang lebihnnya mohon dimaafkan, Ts hanya mencoba untuk berbagi informasi yang dimiliki. Seandainya ada tulisan yang salah atau kurang benar mohon dibenarkan, mari kita sama-sama belajar dan berbagi.
Sekian, terimakasih :))
Comments
Post a Comment